Membeli rumah dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sering menjadi solusi bagi banyak orang yang ingin memiliki hunian sendiri tanpa harus menunggu tabungan terkumpul dalam jumlah besar. Namun, tidak semua orang dapat dengan mudah mengajukan KPR.
Salah satu kendala terbesar adalah faktor usia. Banyak bank maupun lembaga pembiayaan memberikan batasan umur tertentu untuk nasabah yang ingin mengambil KPR. Lalu, mengapa sulit atau bahkan tidak bisa mengambil KPR di usia lanjut? Artikel ini akan membahas secara mendalam alasan di balik kebijakan tersebut.
Risiko Tinggi dari Perspektif Bank
Bank atau lembaga pembiayaan memiliki prinsip utama dalam memberikan pinjaman, yaitu meminimalisir risiko. Usia lanjut sering dianggap sebagai faktor risiko karena kemungkinan menurunnya kemampuan membayar cicilan. Semakin tua usia seseorang, semakin besar pula potensi terjadinya penurunan produktivitas, kesehatan, hingga risiko meninggal dunia.
Bagi pihak bank, hal ini berarti potensi kredit macet akan semakin tinggi. Oleh sebab itu, mayoritas pihak bank menetapkan batas usia maksimal pengajuan KPR, biasanya di rentang 55 - 65 tahun saat masa kredit berakhir. Jika seseorang baru mengajukan KPR di usia 50 tahun dengan tenor 20 tahun, misalnya, maka secara otomatis permohonan tersebut sulit disetujui karena di usia 70 tahun ke atas dianggap tidak produktif lagi.
Keterbatasan Usia Produktif
Salah satu faktor penting dalam menilai kelayakan calon debitur adalah usia produktif. Usia produktif biasanya dianggap berada di rentang 20–55 tahun, di mana seseorang masih aktif bekerja dan memiliki pendapatan tetap.
Jika mengajukan KPR di usia lanjut, pihak bank akan mempertanyakan sumber penghasilan utama Anda. Meski ada orang yang tetap bekerja hingga usia lanjut atau memiliki usaha pribadi, tetap saja bank menilai usia tua bukanlah masa produktif ideal. Hal ini menjadi alasan mengapa pengajuan KPR sering ditolak atau hanya diberikan dengan tenor yang sangat pendek, sehingga cicilan per bulan menjadi lebih besar dan memberatkan.
Tenor Kredit yang Terbatas
Tenor atau jangka waktu kredit merupakan hal penting dalam KPR. Semakin panjang tenor, semakin ringan cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya. Namun, usia debitur sangat memengaruhi lamanya tenor yang disetujui oleh bank.
Misalnya, jika bank menentukan batas usia maksimal debitur adalah 60 tahun, maka seseorang berusia 50 tahun hanya bisa mendapatkan tenor maksimal 10 tahun. Artinya, cicilan yang harus dibayarkan per bulan akan jauh lebih tinggi dibandingkan orang yang mengambil KPR di usia 30 tahun dengan tenor 20–25 tahun. Keterbatasan tenor ini membuat banyak orang usia lanjut kesulitan mengajukan KPR karena cicilannya tidak masuk akal dengan kemampuan finansial mereka.
Pertimbangan Kesehatan dan Mortalitas
Usia lanjut identik dengan risiko kesehatan yang semakin besar. Bank tentu mempertimbangkan hal ini karena kesehatan yang menurun dapat berdampak langsung pada kemampuan seseorang untuk bekerja dan melunasi cicilan KPR.
Selain itu, faktor mortalitas atau risiko meninggal dunia juga menjadi pertimbangan serius. Jika debitur meninggal dunia sebelum cicilan lunas, maka akan menimbulkan masalah hukum dan finansial, baik bagi keluarga maupun pihak bank. Memang ada asuransi jiwa KPR yang bisa menanggung risiko tersebut, namun premi asuransi untuk usia lanjut jauh lebih tinggi sehingga membebani debitur.
Premi Asuransi KPR yang Lebih Tinggi
Setiap pengajuan KPR hampir selalu disertai dengan kewajiban mengambil asuransi jiwa dan asuransi kebakaran. Hal ini bertujuan untuk melindungi pihak bank dan debitur dari risiko tak terduga. Namun, semakin tua usia seseorang, semakin besar pula premi asuransi jiwa yang harus dibayarkan.
Premi tinggi ini membuat biaya total KPR menjadi lebih mahal. Bank biasanya enggan menyetujui pengajuan KPR dari debitur yang berusia lanjut karena premi yang harus dibayar tidak sebanding dengan risiko yang ditanggung. Bahkan, ada beberapa perusahaan asuransi yang langsung menolak memberikan perlindungan bagi nasabah di usia tertentu.
Pertimbangan Stabilitas Finansial
Di usia lanjut, seseorang umumnya sudah tidak lagi memiliki kestabilan finansial yang sama seperti di usia produktif. Banyak orang yang telah pensiun atau bahkan bergantung pada tabungan, investasi, atau dukungan anak-anaknya. Kondisi finansial seperti ini dianggap kurang stabil untuk menanggung cicilan KPR jangka panjang.
Bank tentu tidak ingin mengambil risiko memberikan kredit kepada seseorang yang tidak memiliki pendapatan tetap. Meski ada penghasilan pasif seperti dari sewa properti atau bisnis, bank tetap lebih percaya kepada mereka yang memiliki gaji rutin bulanan dengan status pekerjaan yang jelas.
Fokus Keuangan yang Berbeda
Selain dari sisi bank, dari sisi individu yang sudah berusia lanjut, mengambil KPR sebenarnya bukan lagi prioritas keuangan utama. Di usia senja, banyak orang lebih memikirkan kesehatan, biaya hidup sehari-hari, dan warisan untuk anak cucu.
Mengambil KPR dalam jangka waktu panjang justru dapat menambah beban pikiran dan mengganggu perencanaan keuangan keluarga. Karena itulah, bank juga mempertimbangkan sisi psikologis dan realistis calon debitur dalam mengajukan KPR. Jika usia sudah lanjut, peluang untuk memulai cicilan panjang dianggap tidak ideal.
Mengajukan KPR di usia lanjut memang memiliki banyak kendala, mulai dari risiko tinggi bagi bank, keterbatasan tenor, premi asuransi yang mahal, hingga pertimbangan kesehatan dan kestabilan finansial. Oleh karena itu, sebagian besar lembaga pembiayaan lebih memilih untuk memberikan KPR kepada nasabah yang masih dalam usia produktif.
Bagi Anda yang ingin memiliki rumah melalui KPR, sebaiknya mulai merencanakan sejak dini ketika masih berada di usia produktif. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan tenor yang panjang, cicilan yang lebih ringan, dan risiko yang lebih kecil.
Jika sudah terlanjur memasuki usia lanjut, alternatif lain seperti membeli rumah tunai, cicilan developer, atau mengandalkan dukungan keluarga bisa menjadi solusi terbaik. Pada akhirnya, rumah adalah kebutuhan penting, namun cara untuk memilikinya harus disesuaikan dengan kondisi usia dan finansial agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Jika Anda sedang mencari proyek properti primary yang potensial untuk investasi atau tempat tinggal, serahkan pada Ray White Projects Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi website kami di Ray White Projects Find a home that suits your lifestyle with Ray White.