logo-raywhite-offcanvas

05 Nov 2025 NEWS 6 min read

Waspada Sebelum Terjebak! Berikut Dampak Negatif dari Memiliki Pay Later

Perkembangan teknologi digital membawa banyak kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal berbelanja. Kini, hampir semua orang mengenal fitur pay later, sebuah layanan yang memungkinkan pengguna membeli barang atau jasa sekarang dan membayarnya nanti.
Sekilas, sistem ini terlihat sangat menguntungkan karena dapat membantu memenuhi kebutuhan meskipun kondisi finansial sedang terbatas. Namun, dibalik kemudahannya, pay later menyimpan berbagai risiko yang sering kali luput dari perhatian pengguna.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai dampak negatif dari memiliki paylater yang perlu Anda waspadai agar tidak terjebak dalam masalah keuangan di kemudian hari.
Membuat Gaya Hidup Konsumtif
Salah satu dampak paling terlihat dari memiliki pay later adalah timbulnya perilaku konsumtif. Fitur ini memberikan kemudahan belanja dengan sekali klik tanpa harus mengeluarkan uang secara langsung. Hal ini tentu sangat menggoda, apalagi jika ditambah dengan promo diskon, cashback, atau cicilan nol persen. Banyak orang yang akhirnya membeli barang bukan karena kebutuhan, melainkan karena keinginan sesaat.
Ketika seseorang terbiasa menggunakan pay later, batas antara kebutuhan dan keinginan menjadi kabur. Barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu penting terasa mendesak untuk dibeli karena tidak perlu membayar tunai saat itu juga. Gaya hidup konsumtif ini akan berbahaya jika terus dibiarkan, karena bisa membuat seseorang terbiasa dengan perilaku boros dan kehilangan kontrol terhadap keuangannya.
Risiko Terjebak Hutang Menumpuk
Dampak negatif paling serius dari penggunaan pay later adalah risiko utang menumpuk. Walaupun jumlah cicilan terlihat kecil, jika pengguna memiliki banyak transaksi yang harus dibayar sekaligus, jumlah totalnya bisa membengkak. Terlebih lagi, tidak semua orang memperhitungkan dengan cermat kemampuan finansialnya sebelum menggunakan pay later.
Banyak pengguna yang hanya memikirkan kesenangan sesaat ketika berbelanja, tanpa memikirkan konsekuensi pembayaran di bulan berikutnya. Akibatnya, ketika tagihan datang, mereka kesulitan melunasinya. Jika tidak segera dibayar, akan ada denda keterlambatan yang membuat jumlah utang semakin besar. Kondisi ini bisa menjerat seseorang dalam lingkaran utang yang sulit diatasi, bahkan berpotensi merusak kestabilan finansial dalam jangka panjang.
Biaya Tambahan dan Bunga yang Tinggi
Meskipun banyak layanan pay later mengklaim menyediakan cicilan dengan bunga rendah atau bahkan nol persen, kenyataannya tidak semua transaksi bebas dari biaya tambahan. Ada biaya administrasi, denda keterlambatan, hingga bunga yang dapat dikenakan jika pembayaran melewati batas waktu. Biaya-biaya tambahan ini sering kali tidak disadari oleh pengguna karena jumlahnya terlihat kecil.
Namun, jika pengguna sering terlambat atau melakukan banyak transaksi, akumulasi biaya tersebut bisa menjadi beban besar. Hal ini yang membuat pay later terkadang lebih mahal dibandingkan dengan cara pembayaran tunai. Jadi, meskipun terlihat praktis, sebenarnya ada banyak jebakan biaya tersembunyi yang justru merugikan pengguna dalam jangka panjang.
Menurunkan Kualitas Perencanaan Keuangan
Memiliki pay later sering kali membuat seseorang kehilangan disiplin dalam mengatur keuangan. Hal ini karena pay later menciptakan ilusi bahwa uang masih tersedia, padahal sebenarnya itu hanya menunda pembayaran. Akibatnya, banyak orang mengabaikan perencanaan keuangan mereka dan menganggap paylater sebagai solusi instan untuk segala kebutuhan.
Jika hal ini terus berlanjut, seseorang akan sulit menyusun anggaran yang sehat. Mereka lebih fokus pada cara melunasi tagihan bulan depan daripada menyusun rencana finansial jangka panjang. Kondisi ini jelas dapat mengganggu stabilitas keuangan, terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan terbatas. Akhirnya, tujuan keuangan seperti menabung, berinvestasi, atau menyiapkan dana darurat jadi terabaikan.
5. Tekanan Psikologis dan Stres
Tidak hanya berdampak pada kondisi finansial, pay later juga dapat menimbulkan beban psikologis. Ketika tagihan sudah menumpuk, banyak orang merasa cemas dan stres karena tidak mampu membayar tepat waktu. Rasa takut ditagih oleh pihak penyedia layanan atau bahkan debt collector bisa menimbulkan tekanan mental yang cukup berat.
Selain itu, adanya rasa bersalah karena terlalu boros atau tidak mampu mengontrol keinginan belanja juga dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Tekanan psikologis semacam ini bisa mengganggu produktivitas, hubungan sosial, bahkan kualitas tidur. Jadi, dampak negatif pay later tidak hanya sebatas angka di laporan keuangan, tetapi juga menyentuh aspek emosional kehidupan sehari-hari.
Potensi Gangguan Hubungan Sosial
Ketika seseorang terjebak dalam masalah utang akibat pay later, dampaknya bisa merembet ke hubungan sosial. Misalnya, seseorang mungkin harus meminjam uang dari teman atau keluarga untuk melunasi tagihan. Jika kondisi ini terjadi berulang kali, hubungan bisa menjadi renggang karena adanya ketidaknyamanan atau hilangnya rasa percaya.
Selain itu, ada juga kasus di mana debt collector melakukan penagihan dengan cara-cara yang tidak menyenangkan, seperti menghubungi orang-orang terdekat dari pengguna. Hal ini tentu bisa merusak reputasi dan membuat hubungan sosial menjadi tegang. Dengan kata lain, paylater yang awalnya hanya dimaksudkan untuk mempermudah hidup justru bisa menjadi sumber masalah dalam kehidupan sosial seseorang.
Data Pribadi yang Rentan Disalahgunakan
Layanan pay later mengharuskan pengguna memberikan data pribadi, mulai dari nomor telepon, alamat, hingga informasi keuangan. Meskipun penyedia layanan biasanya menjamin keamanan data, tetap ada risiko penyalahgunaan atau kebocoran informasi. Jika data ini jatuh ke tangan yang salah, pengguna bisa menjadi korban penipuan, pencurian identitas, atau penyalahgunaan data untuk tujuan ilegal.
Selain itu, beberapa penyedia layanan juga memiliki sistem penagihan yang agresif, dimana data kontak pengguna digunakan untuk menghubungi orang-orang di sekitar mereka. Hal ini tentu sangat mengganggu privasi dan bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Maka dari itu, penting bagi pengguna untuk menyadari bahwa penggunaan pay later bukan hanya soal keuangan, tetapi juga menyangkut keamanan data pribadi.
Menghambat Kebiasaan Menabung
Salah satu prinsip dasar dalam mengelola keuangan adalah menabung sebelum membelanjakan uang. Namun, kebiasaan ini sering kali terganggu ketika seseorang terlalu sering menggunakan pay later. Alih-alih menyisihkan uang untuk tabungan, mereka lebih fokus pada pelunasan tagihan bulanan.
Jika kebiasaan ini berlangsung lama, pengguna akan kehilangan kesempatan untuk membangun dana darurat atau investasi. Padahal, menabung dan berinvestasi adalah kunci untuk mencapai keamanan finansial jangka panjang. Dengan demikian, terlalu bergantung pada pay later bisa membuat seseorang kesulitan mencapai tujuan finansial yang lebih besar di masa depan.
Tidak Cocok untuk Semua Kondisi Finansial
Paylater sebenarnya bisa bermanfaat jika digunakan dengan bijak, misalnya untuk kebutuhan mendesak atau ketika benar-benar tidak ada pilihan lain. Namun, kenyataannya tidak semua orang memiliki kondisi finansial yang stabil. Bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan atau tidak menentu, pay later justru menjadi beban tambahan.
Banyak orang dengan pendapatan rendah akhirnya kesulitan membayar cicilan, apalagi jika pengeluaran sehari-hari sudah cukup besar. Dalam kondisi seperti ini, pay later lebih banyak memberikan mudarat daripada manfaat. Oleh karena itu, penting untuk menilai kemampuan finansial pribadi sebelum memutuskan menggunakan layanan ini.
Memiliki pay later memang terlihat menguntungkan di awal karena memberikan kemudahan dalam berbelanja tanpa harus membayar langsung. Namun, jika tidak digunakan dengan bijak, pay later justru bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari gaya hidup konsumtif, utang menumpuk, biaya tambahan, hingga stres psikologis. Selain itu, risiko penyalahgunaan data pribadi dan rusaknya hubungan sosial juga tidak boleh diabaikan.
Untuk itu, sebelum menggunakan pay later, pertimbangkan dengan matang apakah benar-benar membutuhkannya atau hanya sekedar memenuhi keinginan sesaat. Disiplin dalam mengatur keuangan dan membedakan kebutuhan dengan keinginan adalah kunci agar tidak terjebak dalam masalah yang lebih besar di kemudian hari. Ingatlah bahwa kemudahan yang ditawarkan pay later hanyalah sementara, sedangkan dampak negatifnya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Jika Anda sedang mencari proyek properti primary yang potensial untuk investasi atau tempat tinggal, serahkan pada Ray White Projects Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi website kami di Ray White Projects Find a home that suits your lifestyle with Ray White.